Ada banyak kuliner khas di Kudus yang telah dikenal masyarakat secara luas, di antaranya soto, lenthog, pindang, dan tentu saja jenang Kudus. Camilan khas Kudus ini telah menjadi oleh-oleh yang wajib dibawa pulang wisatawan, setelah berkunjung ke Kudus.
Lalu, bagaimana cara membuat jenang Kudus dan apa saja bahannya? untuk mengetahui lebih jelas dari sumbernya, Tim Beta Explore datang ke Desa Kaliputu RT 8, RW 1, Kecamatan Kota, Kabupaten Kudus. Di sana Tim bertemu dengan Fatkah Sudarmaji pemilik Jenang Asta. Saat ditemui, dia tampak sedang mengaduk jenang yang sudah hampir matang. Tangannya tampak trampil mengaduk ke berbagai arah.
Fatkah saat ini memiliki usaha pembuatan jenang Kudus, dengan merek Jenang Asta. Kepada dia, Tim Beta Explore memintanya untuk menunjukkan proses pembuatan jenang. Sambil mengaduk adonan di kuali, Fatkah menjelaskan, proses pertama yakni menyiapkan beras ketan di malam hari. Beras ketan yang sudah dibersihkan kemudian di rendam hingga pagi.
Sedangkan bahan lain yang perlu disiapkan, menurutnya, antara lain kelapa, gula Jawa, dan gula pasir. Setelah beras ketan direndam, kemudian digiling dan dicampur dengan bahan yang lain.
“Setelah semua bahan dicampur, kemudian diaduk lebih dari 4 jam di atas kuali. Orang yang badannya besar belum tentu kuat mengaduk jenang kalau tidak terbiasa,” katanya sambil mempraktekan cara mengaduk jenang.
Menurutnya, jenang yang dibuat dengan cara tradisional terasa lebih enak dan lentur. Hal itu dikarenakan cara mengaduknya bisa berbagai arah, sehingga lebih merata jika dibandingkan menggunakan alat yang hanya satu arah.
“Kedepan juga ingin punya alat yang modern, tapi manual tetap saya pertahankan sebagai tradisi. Proses memasaknya membutuhkan waktu sekitar 6 jam. Ini tadi 10 Kilogram beras ketan, kelapa 25 biji, gula kelapa 10 kilogram dan gula 16 Kilogram. Nanti bisa jadi jenang 45 Kilogram,” ungkapnya.
Jenang buatan Fatkah biasanya dipesan untuk acara lamaran dan pernikahan. Selain itu juga banyak dipesan untuk oleh-oleh mahasiswa dari luar kota yang kuliah di Kudus.
“Mahasiswa yang dari luar kota biasanya beli untuk oleh-oleh waktu pulang kampung. Kemasan di sini ada nampanan dan ada yang di mika juga. Harga perkilogram Rp 35 ribu, tapi rencana mau naik karena menyesuaikan bahan pokok yang naik,” bebernya.
Tak hanya melihat produksi Jenang Asta, Tim Beta Explore juga berkesempatan mendatangi toko jenang Kudus yang cukup dikenal, yakni Jenang Karomah. Toko jenang dengan ciri khas olahan kacang-kacangan itu terdapat berbagai varian rasa jenang. Mulai dari jenang rasa kacang hijau, kacang tanah dan kacang hitam.
“Selain itu juga ada rasa moca, durian, susu, dodol, tape, melon, strawberry, sirsak, dan madu mongso. Kemasan di sini ada box, seperempatan, loyang, parcel, pita dan mika biasa. Harga mulai Rp 10 ribu hingga Rp 40 ribu,” ungkap Ahmad Latif Arsyad, generasi ketiga Jenang Karomah itu.
Sambil berjalan menuju tempat produksi, pria yang akrab disapa Latif itu bercerita, bahwa produknya kini sudah dipasarkan ke sejumlah daerah di Jawa Tengah. Namun kini ia sudah mulai memasarkan secara online agar bisa memperluas pasar.
“Untuk pemasaran online sudah seluruh siap ke seluruh wilayah Indonesia. Sementara orderan yang sering itu dari Kalimantan dan Lampung. Dalam sehari kami bisa memproduksi enam kuali, satu kuali sekitar 35 kilogram. Kalau menjelang Lebaran bisa 30 kuali,” ungkapnya.